Senin, 20 Mei 2013

Ibadahlah Dengan Hati


Sebutlah Salim namanya, santri di sebuah pesantren entah dimana. Pagi itu saat pelajaran di kelas pikirannya dipenuhi dengan gambaran tentang pena baru yang dibeli temannya beberapa hari lalu, maka dia yang baru mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya berniat sekeluarnya dari kelas hari ini akan segera menuju pasar membeli barang yang sama. Ia memikirkan gerangan warna apa yang akan ia pilih dan berharap-harap harganya tidak naik sehingga ia masih memiliki kelebihan uang yang bisa dia belikan barang yang lainnya..
Tiba-tiba lamunan Salim buyar seketika tatkala gurunya memanggil namanya dan memintanya maju ke depan kelas.
“Pergilah ke pasar dan tetaplah berada disana sampai jam 12 siang nanti, lalu temuilah aku jika kau sudah sampai kembali di pesantren ini“ Kata gurunya kemudian.
Salim meski tak mengerti untuk apa gurunya menyuruhnya ke pasar pergi juga dengan pikiran dipenuhi kebingungan. Sepanjang jalan pikirannya tak berhenti berpikir :
“Kenapa guru mengeluarkan aku dari kelas? sebenarnya pelajaran apa yang disampaikannya hari ini? dan bagaimana jika aku tertinggal kisah-kisahnya yang selalu banyak dikisahkan diantara pembahasan pelajaran-pelajaran? siapa yang akan aku minta untuk mengulangkan untukku pelajaran-pelajarannya ? Duuuuuh.. mengapa aku tadi melamun dan tidak menyimak pelajaran?“
Pertanyaan-pertanyaan itu terus membebani pikirannya hingga ketika ia sampai di pasar, ia tak lagi ingat pena yang ingin dibelinya. Ia hanya duduk di depan pertokoan dan membayangkan kelasnya, membayangkan wajah guru dan teman-temannya, membayangkan kesenangan belajar bersama mereka, membayangkan palajaran-pelajarannya hari ini  yang tertinggal akibat lamunannya. Dan ia begitu menyesal..
Tepat jam 12 Salim kembali ke asrama dan menemui gurunya. Ia bertanya dengan hati-hati mengapa sang guru mengeluarkannya dari kelas pagi tadi. Dan guru itu pun menjawab :
“Jasadmu di pasar namun hatimu bersamaku lebih aku sukai daripada saat dimana jasadmu bersamaku namun hatimu di pasar“.
Kisah ini pernah diceritakan guruku diantara pelajaran-pelajaran indahnya dan beliau melanjutkan dengan menyebut sebuah hadits yang rasanya sering engkau dengar :
“Allah tidak melihat kepada jasad dan kulit kalian akan tetapi yang Allah lihat dari kalian adalah hati kalian“.
Kawan..
Saat engkau mengerjakan sholat, jasadmu ruku dan sujud. Sejatinya Allah SWT lebih peduli kepada hatimu ada dimanakah kala itu ?
Saat tanganmu bersedekah kepada pengemis yang datang di rumahmu, sungguh Allah SWT lebih peduli kepada hatimu adakah keikhlasan di dalamnya?
Saat jasadmu berpuasa dan perutmu menahan lapar dan dahaga, Allah sedang melihat hatimu adakah lapar dan haus akan rahmatNya ada disana?
Saat jasadmu diterbangkan menuju Mekkah Madinah dan berthowaf di Ka'bah, sesungguhnya Allah SWT lebih peduli kepada hatimu adakah penggagungan terhadap pemilik Ka'bah didalamnya??
Kawan..
Saat kita diizinkan olehNya beribadah, Mari kita kembali periksa langkah..
Koreksi hati
Telusuri jiwa
Adakah hati kita bersama DenganNya?

0 komentar:

Posting Komentar