Ada sebuah kisah (krg lbh 30
tahun silam) yang berhubungan dengan kekecewaan Sayyidatunaa Fathimah Azzahro .
Terjadi di kota Surabaya sekitar
awal tahun 1970. Kisah ini benar-benar terjadi, hanya saja saya sudah tidak
ingat lagi nama dua orang pelaku-pelaku utama pada kisah nyata ini, maka kita
beri nama samaran saja. Kedua orang itu adalah seorang pemuda Alawiyyin saya
beri nama “Sayyid Walid”. Usia kira-kira 20 tahun Dan seorang tua penjaga
Masjid Ampel Surabaya, Haji asal Madura, saya beri nama ‘Pak Haji”. Berusia
sekitar 55 tahun.
Pak Haji, adalah seorang tua yang
shaleh serta istiqamah. Disamping menjaga kebersihan Masjid Ampel yang memang
berada dibawah tanggung jawabnya, beliau dengan tekun tidak pernah absen
mengikuti setiap pengajian rutin, dan Majelis Ta’lim yang secara tetap diadakan
di Masjid itu. Beliau ini sangat mencintai ‘Ulama Habaib, seperti Habib Shaleh
Bin Muhsin Al-Hamid Tanggul (hb sholeh Tanggul Allah yarham), Habib Abubakar
Assagaf Gresik (Allah yarham). Dan ‘Ulama Habaib lainnya. Pak Haji ini sangat
baik hati, dan sayang sekali terhadap anak-anak kecil dan remaja Ba’alawi yang
memang sangat banyak bermukim disekitar Masjid Ampel, Nyamplungan, Suko Rejo,
Suku Dono, dan sepanjang jalan K.H. Mas Mansyur – Surabaya.
Konon mennurut ceritera Pak Haji
ini semakin bertambah sayangnya kepada para sayyid kecil dan remaja tadi. Dari
hari kehari semakin ceria saja wajahnya, ada apa gerangan? Ternyata Pak Haji
ini diberi amalan berupa wirid dan bacaan shalawat khusus, sehingga dengan
amalannya itu Pak Haji sering kali bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw.
Tidak terlalu jelas amalan itu diperoleh dari siapa. Mungkin Habib Shaleh
Tanggul atau kalau tidak mungkin dari Habib Abubakar Assagaf Gresik, atau
mungkin pula dari kedua ‘Ulama Habaib yang memang sangat terkenal pada
zamannya. Bahkan sampai hari ini sekalipun kedua beliau itu telah tiada.
Namun wafatnya seorang Waliyullah
berbeda dengan orang kebanyakan, karena Maqam-maqam mereka setiap hari
dijiarahi ummat Islam dari segala pelosok dan penjuru.
Pak Haji yang sangat ramah baik
dan rajin itu mulai sering kerepotan menghadapi sekelompok kecil para sayyid
muda kira-kira 15 sampai 20 orang, termasuk sayyid Walid. Kelompok anak muda
ini biasa menghabiskan waktu begadang hingga larut malam, kemudian tidurnya di
Masjid Ampel dimana Pak Haji dinas. Dari hari kehari anak-anak muda ini semakin
merepotkan Pak Haji terutama pada waktu menjelang shalat Shubuh.
Memang katanya sejak anak-anak
muda ini, mulai tidur di Masjid, dan hampir setiap malam, apalagi pada malam
Minggu. Akibatnya Pak Haji semakin kerepotan saja. Karena keadaan seperti itu
terus berlangsung, Pak Haji mulai agak kurang bersahabat. Tetapi namanya juga
anak-anak muda, mereka merasa biasa saja. Mereka terus setiap malam tidur di
Masjid.
0 komentar:
Posting Komentar