Dengan sedih
dan perasaan khawatir, seorang nenek tua datang menghadap Rasulullah. “wahai
Rasulullah, apakah diriku dapat masuk surga?” tanya nenek tua itu.
Sejenak
Rasulullah diam, beliau mengerutkan keningnya. “maaf, nek, disurga tidak ada
orang tua” dengan nada yang menyesal Rasulullah menjawab.
Mendengar
jawaban Rasulullah, nenek tua itu menangis tersedu-sedu, seakan menyesali
nasibnya sebagai orang tua.
“maksud saya
bukan berarti nenek tidak akan masuk surga” sambung Rasulullah dengan cepat.
“maksud Rasulullah?” tanya nenek tua.
“nenek akan
masuk surga ,tetapi disana nenek akan menjadi muda lagi.” Ucap Rasulullah
melegakan hati nenek itu.
Nenek tua
itu tersenyum gembira. Ia membayangkan dirinya yang kelak akan menjadi muda
lagi, menjadi perawan kembali disurga. Demikianlah cara Rasulullah bercanda.
Namun, beliau tetap menjaga agar gurauannya dapat membahagiakan orang lain,
bukan menyakitkan atau menyinggung perasaannya.
Tambahan :
Di lain
saat, pada awal masa hijrah, ketika pembangunan masyarakat Madinah belum dapat
memakmurkan masyarakatnya, Rasulullah didatangi seorang peminta-minta. Oleh
Rasulullah, pengemis itu diberinya sedekah. Lain hari pengemis itu datang lagi,
Rasulullah memberinya uang. Ketika hari berikutnya pengemis itu datang lagi,
Rasulullah tidak memberinya apa-apa, melainkan sebilah kapak. Rasulullah
berharap dengan kapak, pengemis itu mau bekerja keras mencari nafkah.
0 komentar:
Posting Komentar